Jejak kaki tersebut awalnya ditemukan sejumlah warga setempat secara tak sengaja di kompleks perkebunan Mo’mo Kelurahan Kinilow I, sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Namun, oleh mereka penemuan ini seolah tak digubris dan hanya dibiarkan berlalu saja.
Menurut warga sekitar, usia dari jejak telapak kaki tersebut sudah berusia ratusan tahun yang lalu. Dan ini dia saya berikan kutipan dari informasi berita media lokal setempat.
Harian KOMENTAR, Manado.
Arkeolog Teliti Kaki Raksasa di Kinilow
Penemuan jejak kaki raksasa (panjang 74 cm) di wilayah perkebunan Mo’mo Kinilow I, Kota Tomohon, menarik perhatian Balai Arkeologi Manado Wilayah Sulut, Sulteng dan Gorontalo untuk menelitinya. Balai Arkeologi menilai, Kinilow memiliki potensi kearkeologian yang cukup besar.
“Kinilow memang lokasi yang memiliki potensi kearkeologian. Khususnya zaman megalitik. Pada zaman ini ditandai dengan penggunaan batu untuk prosesi pemujaan atau penguburan. Seperti waruga atau batu dakon,” ungkap Dra Ipak Fahriani, Koordinator Peneliti Balai Arkeologi Manado, Senin (01/08).
Ditanya tentang keaslian tanda telapak kaki, arkeolog wanita ini menyatakan belum dapat dipastikan sebelum dilakukan survei langsung ke lokasi. “Kami tak bisa berspekulasi sebelum melihat langsung ke sana. Tapi besok (hari ini, red) atau lusa (esok), kami secepatnya akan berangkat ke lokasi untuk meneliti,” ujarnya, kemarin.
Ditambahkan Fahriani, di Sulut banyak ditemukan tanah jenis basal (domato) yang mudah dibentuk. “Jadi aspek lingkungan dari lokasi penemuan turut menjadi perhatian kami,” tuturnya seraya mengatakan Balai Arkeologi Manado akan menghubungi pihak kepolisian setempat untuk mengamankan lokasi.
Sementara itu Kepala Balai Arkeologi Manado Drs Bonny Tooy MSi mengakui, pihaknya baru mengetahui keberadaan cap telapak kaki raksasa tersebut setelah membaca harian ini. “Terima kasih telah memberitakannya. Kami akan segera melakukan survei di sana. Paling cepat besok (hari ini, red),” ujar Tooy.
Ditemui terpisah, tokoh masyarakat Tomohon Judie Turambi SH mengungkapkan, penemuan batu bercap telapak kaki raksasa mungkin dapat dikaitkan dengan legenda Siouw Kurur yang dikenal di kalangan rakyat Minahasa. Di mana dotu Minahasa tersebut digambarkan berbadan besar dan mempunyai 9 lutut. “Selain itu Kinilow memang salah satu perkampungan tua di Minahasa dan yang pertama di Tomohon. Apalagi di seputaran Tomohon, ada satu dua hutan yang tergolong masih hutan perawan atau sangat jarang dimasuki manusia,” ungkapnya.
Diyakini Berusia Ratusan Tahun |
KOMENTAR
Jejak kaki raksasa (panjang 74 cm) yang ditemukan di sebuah batu besar pada sebuah perkebunan di Kelurahan Kinilow I, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon, diyakini oleh warga sekitar telah berusia ratusan tahun. Pasalnya, keberadaan jejak kaki itu telah diketahui para orang tua di Kinilow. “Ini (jejak kaki, red) telah lama diketahui oleh kami warga di sini. Bahkan ayah saya saja yang saat ini hampir berusia 100 tahun dan masih hidup hingga kini, pernah mengutarakannya kepada saya soal itu. Cuma dulu belum secanggih sekarang, di mana boleh langsung diabadikan lewat kamera handphone,” ungkap seorang warga Kinilow I kepada Komentar, Senin (01/08) kemarin di lokasi penemuan.
Sedangkan dari informasi dan masukan dari para tokoh adat serta tua-tua kampung, diperoleh informasi bahwa jejak kaki tersebut disinyalir milik dari ‘orang tua’ yang sering dipanggil dengan sebutan Siouw Kurur. Di mana dalam arti harafiahnya yakni sembilan buku (dengkul, red).
Menurut mereka, awalnya orang tua tersebut tidak memiliki nama, namun karena bentuk badannya yang tinggi, sehingga orang zaman dahulu menamakannya demikian, dengan menganalogikan tingginya sama seperti sembilan kali dari tinggi dengkul manusia biasa.
Siouw Kurur ini dilukiskan memiliki tinggi badan hingga enam sampai tujuh meter dan berdiam di hutan Gunung Mahawu. Sementara itu, dari pantauan di tempat penemuan, terlihat sejumlah warga mulai berbondong-bondong mendatangi lokasi dan terlihat penasaran atas jejak kaki raksasa tersebut. Sejumlah kendaraan roda dua dan empat malah terlihat parkir di seputaran perkebunan Mo’mo yang berjarak 1,5 Km dari arah jalan raya Manado-Tomohon.
“Torang kwa penasaran mo lia tu jejak kaki raksasa. Jadi biar bajalan, torang datang. Dan setelah melihatnya kami rasa ini asli dan bukan rekayasa,” ujar Vian P, salah satu warga pengunjung. Menariknya, di lokasi penemuan saat ini sedang dilakukan pelebaran jalan dan tempat tersebut nyaris terkena dampak dari pelebaran ini.“Waktu pertama kali kita akan melakukan penggusuran, kami telah diingatkan oleh warga. Jika sudah sampai di tempat ini (tempat penemuan, red), kami harus memasang dan meletakkan rokok. Katanya sebagai wujud penghormatan seraya meminta izin untuk melakukan pekerjaan. Kalo nda, tu ekskavator mo rusak, depe gigi mo ancor,” papar seorang pekerja.
BENTUK TIM
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tomohon Gerardus Herry Mogi saat dihubungi mengatakan bahwa pihaknya akan langsung membentuk tim untuk diterjunkan ke lokasi dan menelitinya. “Kita akan survei dulu, sebab ini baru diketahui lewat pemberitaan di media. Akan ada tim yang dibentuk dan rencananya besok (hari ini, red) tim ini langsung ke lokasi,” ujarnya.
Dikatakannya, untuk menindaklanjuti penemuan ini, pihaknya akan bekerja sama dan secepatnya menghubungi pihak terkait.
“Sebab kalau ini memiliki nilai sejarah, kita akan lapor ke Balai Pelestarian Peninggalan Benda Purbakala, sedangkan kalau memiliki nilai arkeologi, kita hubungi Balai Arkeolog,” terangnya. Di lain pihak, pemerintah setempat dalam hal ini Lurah Kelurahan Kinilow I Hermanus Watung saat ditemui mengatakan bahwa lokasi penemuan jejak kaki tersebut masuk dalam kepolisian Kelurahan Kinilow I.
“Ya, lokasinya di Kelurahan Kinilow I. Ini telah kami ketahui saat melakukan survei serta perintisan untuk pembangunan jalan baru, warga yang menunjukkannya. Sedangkan untuk langkah apa selanjutnya yang akan diambil, saya menunggu perintah dari atasan saya, dalam hal ini Pemkot Tomohon,” kuncinya
Nah, itu adalah kutipan dari informasi media lokal setempat. Tentu saja di setiap daerah memiliki cerita-cerita ataupun legendanya sendiri. Dan tentunya tentang percaya atau tidak akan kebenaran legenda itu, akan lebih bijak bila kita tetap menghargainya.
No comments:
Post a Comment