Para periset telah merekontruksi sejarah kebakaran 226 tahun lalu di Illinois bagian selatan, Amerika Serikat, dengan mempelajari luka pada batang pohon Oak. Studi yang mendalam tersebut mengungkapkan adanya perubahan ekologi di lahan hutan County Hamilton akibat frekuensi pembakaran hutan yang berulangkali dilakukan, sebelum kedatangan para pemukim dari Eropa.
“Saya kagum dengan bekas luka api pada pohon-pohon ini,” kata William McClain, seorang botanis dari Museum Negara Illinois yang memimpin studi dengan periset Hohn Ebinger dan Greg Spyreas dari Survei Sejarah Alam di Universitas Illinois, “Saya tahu bahwa informasi yang ada pada batang pohon ini sangat-sangat berharga.”
McClain menghitung lingkaran-lingkaran pertumbuhan, bekas luka bakar dan tanda yang membedakan lainnya dari 36 pohon oak tua yang ditebang. Beruntung bagi para periset, pohon yang rusak oleh api telah sembuh, menyisakan empulur luka parah oleh kebakaran yang hebat.
McClain merupakan seorang pakar sejarah kebakaran di Illinois dan negara bagian sekitarnya, telah mengumpulkan dan menerbitkan risalah tentang kebakaran dari sejumlah catatan sejarah.
“Ini merupakan risalah tertulis tentang kebakaran yang diamati dengan catatan tanggal dan lokasi setiap kebakaran,” katanya, “Dan ada sejumlah kebakaran yang dibuat orang-orang Indian.”
Studi baru, dalam jurnal Castanea, menegaskan bahwa orang-orang yang tinggal di Illinois sebelum pemukim Eropa tiba mempunyai kebiasaan membakar daerah tersebut hampir setiap tahun, dengan kebakaran di lahan hutan County Hamilton sekurang-kurangnya dua atau tiga tahun, kata McClain. Pembakaran yang berulang ini benar-benar menstabilkan padang rumput dan membuka lahan hutan yang mendominasi daerah tersebut sampai abad 19 akhir, ketika upaya menekan dari pemukim baru yang memungkinkan spesies tanaman yang berbeda mengambil alih.
Para periset menemukan bukti lebih dari 100 kebakaran di County Hamilton antara tahun 1770-an dan 1996 ketika pohon dipotong. Sebelum 1850, lahan hutan tersebut terbakar setiap dua tahun. Satu rentang “bebas-bakar” terjadi antara 1850 dan 1885, ketika para pemukim dengan cepat mengoloni daerah tersebut dan menekan kebakaran. Kemudian pada tahun 1885, luka bakar muncul lagi, mungkin sebagai akibat pembakaran terlokalisasi bagian-hutan yang telah menjadi semacam tradisi di daerah itu selama 1800-an akhir sampai 1990-an, kata periset seperti dikutip Past Horizons.
“Kebakaran yang kecil mungkin telah mulai meningkatkan kualitas makanan bagi ternak, memperbaiki jarak penglihatan untuk berburu dan menurunkan jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar di bawah semak,” kata Spyreas.
Tetapi saat itu yang sebelumnya “lahan hutan terbuka” dengan naungan terbatas dan juga ada sedikit tanaman yang tumbuh di bawah naungan tersebut telah menjadi hutan lebat dengan banyak naungan. Oak-oak yang tak tahan naungan tidak dapat berkompetisi dengan spesies yang suka naunagan, yang sampai 1850 telah terawasi oleh kebakaran yang sering.
Setelah periode pendek berkurangnya kebakaran, hanya oak-oak yang telah berkembang saja yang dapat bertahan seperti spesies pohon lainnya yang dekat disekelilingnya; naungan telah sangat lebat bagi bibit oak untuk tumbuh.
“Kami biasa menyebut lahan hutan yang terbuka itu dengan ‘tandus,’“ kata Ebinger. “Dan daerah tersebut telah dipelihara oleh kebakaran yang datangnya , mungkin tidak setiap tahun tetapi sekurang-kurangnya setiap tiga tahun. Lalu, 30 tahun setelah kebakaran berhenti, kegundulan tidak ada lagi.”
“Selama beratus, bahkan beribu tahun, daerah ini merupakan lahan hutan oak yang stabil,” Spyreas berkata. “Dan kemudian terdapat jarak selama dua dekade tak ada kebakaran , dan tiba-tiba seluruh sistem benar-benar berbeda. Sungguh mengherankan bagaimana, dari Kansas ke Ohio, ekosistem ini benar-benar tergantung pada api untuk menjadi stabil.
No comments:
Post a Comment