Thursday, November 1, 2012
Jejak Kehancuran di Tolire Jaha
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Lanskap Danau Tolire Besar, Desa Loto, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (5/7/2012). Danau Tolire Besar merupakan danau vulkanik yang berada di kaki Gunung Gamalama.
Hampir tak ada zona aman di pulau gunung api Ternate, Maluku Utara. Tiga danau kawah di Ternate, yaitu Tolire Jaha atau Tolire Besar, Tolire Kecil, dan Laguna, memberi jejak penting bahwa bahaya letusan Gunung Gamalama bisa terjadi di kawasan padat penduduk Pulau Ternate. Pada masa lalu, letusan itu terbukti sangat mematikan.
Danau Tolire Jaha terletak di barat laut Ternate, berjarak 4 kilometer dari puncak Gunung Gamalama dan 500 meter dari pantai. Danau kawah (maar) berukuran 500 meter x 700 meter ini terbentuk akibat letusan Gamalama pada tahun 1775.
Catatan sejarah menyebutkan, gempa bumi beruntun terjadi beberapa kali di Desa Soela Takomi hingga 5 September 1775. Desa ini terletak 1,5 kilometer dari Kelurahan Takoma saat ini.
Gempa tektonik itu memicu erupsi Gamalama hingga terjadi letusan uap selama beberapa jam pada 7 September dini hari. Suara gemuruh menyertai erupsi yang berlangsung hingga hari terang.
Saat warga sekitar Desa Soela Takomi menengok kampung itu pada siang hari, mereka hanya mendapati lubang kawah yang menganga lebar. Sebanyak 141 warga desa hilang bersama tenggelamnya desa mereka.
Geolog dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Akhmad Zaenuddin, akhir Juni lalu, mengatakan, maar terbentuk oleh letusan freatik Gamalama. Letusan tipe ini terjadi jika panas magma bumi bersentuhan dengan air tanah dalam batuan dasar. Gerak magma ke permukaan dikontrol oleh rekahan (sesar) sebagai akibat gaya ekstensi.
Dapur magma yang membentuk maar umumnya dangkal dan relatif kecil. Menurut Heiken (1971, vide Cas & Wright, 1988) seperti dikutip Sutikno Bronto dan Sri Mulyaningsih dalam ”Gunungapi Maar di Semenanjung Muria”, Jurnal Geologi Indonesia Volume 2 Nomor 1, Maret 2007, letusan maar umumnya terjadi pada lingkungan geologi gunung api besar bersusunan basal.
Pemanasan ini menghasilkan uap bertekanan tinggi. Letusan akan terjadi jika tekanan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tekanan batuan penudung (cap rocks) di bagian atasnya atau di permukaan tanah. Letusan freatik ini menghasilkan hamburan material batuan dasar berbagai ukuran.
Jika letusan yang terjadi adalah freatomagmatik, sebagian material magma akan ikut terlontar keluar. Jika yang memicu adalah letusan magmatik, akan ada aliran lava dan awan panas.
Ketika tekanan gas dalam magma melemah, magma akan keluar dalam bentuk lelehan dan meninggalkan jejak dalam bentuk aliran lava, kubah lava, atau sumbat lava.
Sekitar 250 meter barat laut Tolire Jaha terdapat Danau Tolire Kecil. Danau 150 meter x 300 meter ini berada tepat di pinggir laut. Permukaan air danau dan laut dipisahkan oleh pantai pasir putih selebar beberapa meter.
”Tepi danau yang sebenarnya kemungkinan ada di laut. Tepi danau yang kini menjadi pantai berpasir terbentuk dari sedimentasi laut,” kata Zaenuddin.
Permukaan air Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil hampir sama dengan tinggi permukaan air laut. Permukaan air Tolire Jaha berada pada jarak 40-50 meter dari tepi danau dan memiliki kedalaman 80 meter. Adapun kedalaman air Tolire Kecil mencapai 5-10 meter.
Air kedua danau sama-sama tawar. Namun, air Tolire Kecil agak asin akibat limpasan air laut.
Sementara itu, Danau Laguna berada di selatan Ternate. Dari pinggir laut, air danau hanya dipisahkan oleh jalan raya. Jaraknya dari puncak Gamalama saat ini sekitar 5 kilometer.
Berbeda dengan Tolire Jaha dan Tolire Kecil, Danau Laguna dikelilingi permukiman padat penduduk. Danau itu juga dimanfaatkan warga untuk memelihara ikan dengan menggunakan keramba jaring apung.
Indyo Pratomo dkk dalam ”Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara: Dinamika Erupsi dan Potensi Ancaman Bahayanya” dalam buku Ekologi Ternate, 2011, menyebutkan, ditinjau dari periode evolusi Gamalama, Laguna terbentuk oleh erupsi freatik pada akhir prasejarah pada masa Gunung Gamalama Tua. Sisa Gamalama Tua berada di tenggara Pulau Ternate dengan puncak tertingginya Bukit Melayu alias Gunung Kekau.
Sementara Tolire Jaha terbentuk pada periode evolusi Gunung Gamalama Muda yang menempati bagian utara pulau. Puncak tertinggi Gamalama Muda adalah Puncak Arfat (Piek van Ternate), yang merupakan puncak Gamalama saat ini, dengan ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut.
Danau Laguna berhubungan dengan sistem magmatik dari pusat erupsi Gamalama Muda.
Pola sebaran maar dengan kawah aktif Gamalama saat ini membentuk garis lurus dengan arah barat laut-tenggara. Kelurusan ini sejajar dengan rangkaian pulau-pulau di barat Halmahera, yaitu Pulau Tidore, Ternate, dan Hiri.
Punggung gunung
Besarnya kawah yang terbentuk di Tolire Jaha dan Laguna membuat sebagian ahli dan masyarakat awam berpendapat bahwa danau-danau itu terbentuk karena amblesan tanah akibat gempa bumi.
”Tidak mungkin Tolire Jaha terbentuk akibat letusan Gamalama, tapi akibat gempa tektonik. Letusan gunung itu terjadi di puncak, tidak mungkin di lereng atau kaki gunung,” kata Wahyu Susilo (18), warga Mangga Dua, Ternate. Keyakinan ini diperoleh dari brosur wisata yang ia baca.
Devianti Kaya (17), warga Loloda, Halmahera Barat, juga meyakini hal yang sama. Tolire Jaha yang kini menjadi obyek wisata utama Ternate hanyalah cekungan air biasa, bukan terbentuk dari letusan gunung api.
Zaenuddin menegaskan, bentuk dinding danau-danau kawah yang curam menunjukkan, danau itu terjadi akibat letusan gunung api, bukan gempa tektonik. ”Letusan samping Gamalama dapat terjadi di bagian gunung mana pun. Magma akan mencari tutupan batuan penudung paling lemah untuk keluar ke permukaan bumi,” katanya.
Keberadaan endapan letusan freatik berupa breksi letusan dan endapan tumpuan dasar di sekeliling danau semakin menguatkan bahwa danau itu terbentuk akibat aktivitas vulkanik, bukan tektonik.
Ketidaktahuan warga menunjukkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kegunungapian. Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ternate Hasyim Yusuf mengakui hal itu. Padahal, mereka hidup di atas gunung api.
Karakter letusan Gamalama umumnya berada di kawah utama di puncak gunung saat ini. Namun, letusan Gamalama dapat terjadi di bagian mana pun mengingat Ternate merupakan pulau gunung api.
Banyak warga berpikir mereka hidup di kaki gunung sehingga aman. Padahal, wilayah yang mereka huni saat ini sejatinya adalah punggung gunung.
Kaki Gunung Gamalama yang sebenarnya berada di dasar laut. Sementara Laut Maluku yang terletak di sebelah barat Ternate memiliki kedalaman lebih dari 3.000 meter.(Prasetyo Eko P/A Ponco Anggoro)
Kompas Cetak
Editor : Tri Wahono
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment